Pada konferensi perlebahan Asia ke-14 (14th Asian Apicultural Association Conference) di Jakarta,22-24 Oktober 2018 lalu, digelar pula kontes madu.

Sekitar 150 sampel madu yang mayoritas berasal dari Arab dan Cina, turut ambil bagian pada kontes ini. Beraneka warna, rasa dan wujud madu berjajar di meja sepanjang 12 meter pada ruang pameran dalam pertemuan pelaku perlebahan se-Asia tersebut.

baca juga berbagi pengetahuan dari kontes madu asian apicultural association conference AAA konferensi perlebahan asia ke 14 di jakarta 22-24 oktober 2018 lalu

Ada 7 juri yang menilai produk-produk tersebut : 2 orang dari Arab Saudi, 2 orang dari Cina, 2 orang dari Indonesia dan 1 orang dari Malaysia. Kami dari Bina Apiari mendapat kesempatan menjadi salah satu panitia pada acara ini.

Dari kontes ini, kami bisa melihat bahwa karakteristik madu Indonesia memang berbeda dengan madu dari negeri2 subtropis seperti Arab dan Cina.

Madu lokal Indonesia secara alami pada umumnya memiliki kadar air cukup tinggi, yaitu 19-25%, malah seringkali lebih tinggi lagi. Sementara kadar air madu subtropis lebih rendah alias lebih kental, antara 17 dan 19%.

Salah satu penyebabnya adalah posisi geografis Indonesia di khatulistiwa dengan 2/3 bagian perairan. Ini menyebabkan iklim di Indonesia tropis, dengan kelembaban dan curah hujan tinggi.

Madu memiliki sifat higroskopis atau menarik kelembaban. Dengan demikian, madu Indonesia cenderung lebih encer daripada madu dari Cina, Arab dan negara2 subtropis lain.

Meskipun demikian, sebagaimana diakui oleh para juri kontes madu di acara AAA Conference, soal rasa, masing2 orang akan lebih cocok dengan madu dari negerinya sendiri.

  Kembali ke halaman berita utama

Arsip