Perbincangan dengan Ir H Bambang Soekartiko

(Pendiri dan Pemilik Peternakan Lebah Madu Bina Apiari Indonesia)

Bagaimana ceritanya hingga Anda menggeluti bisnis lebah dan madu?
Ketika saya menjadi administratur Perhutani tahun 70-an, rakyat di sekitar hutan banyak memelihara lebah madu. Nah, di dekat rumah saya itu ada desa namanya desa Cereme. Di situ masyarakat banyak mempunyai pohon kelapa, di situ banyak orang mempunyai glodok-glodok yang isinya kotak-kotak lebah lokal. Waktu itu Perhutani membeli madu dari mereka, dalam program membantu masyarakat sekitar hutan.

Kemudian salah satunya adalah memperkenalkan cara berternak lebah dari tradisional ke cara modern. Kebetulan waktu itu Pak Harto (Presiden) baru dari Australia, meninjau perternakan lebah di Australia. Terus diberi souvenir atau oleh-oleh 20 kotak lebah untuk dicoba di Indonesia.

Lantas?
Oleh-oleh kotak lebah itu lantas disebarkan, antara lain kepada Gerakan Pramuka yang hingga kini juga memiliki peternakan lebah. Rupanya Perhutani kebagian pula oleh-oleh dari Australia itu. Dari situlah Perhutani mulai mengajak bagaimana memelihara lebah secara modern dengan kotak, dengan glodok-glodok.

Sebagai pejabat administratur saya tertarik untuk mengundang Pramuka, waktu itu untuk melatih para mandor-mandor hutan untuk berternak lebah secara modern.

Pelatihannya malah dibuka oleh Pak Gubernur Jawa Tengah (Supardjo Rustam). Ketua Kwartir Nasional Pramuka saat itu Jenderal Sarbini. Maka sejak saat itu semakin banyak orang mengtahui bahwa lebah bisa untuk usaha. Nah, dulu itu biasanya lebah hanya ditaruh kotak, glodok namanya, di rumah-rumah penduduk. Lebahnya pun jenis lokal nama latinnya apis cerana indica.

Kalau oleh-oleh dari Australia?
Kalau yang dibawa Pak Harto dari Asutralia namanya lebah apis mellifera. Aslinya dari Italia, kuning warnanya, dan dapat hidup di dataran rendah seluruh dunia. Waktu itu dapat 20 glodok ditaruh di Jawa Tengah, karena ada tanaman kapuk randu, sehingga dapat berkembang. Kami juga dari Perhutani mengembangkan untuk rakyat.

Apakah uji coba pada 70-an itu berhasil?
Saya pindah ke Purwokerto masih dengan jabatan administratur dengan ejekan dari Kepala Perhutani Jawa Tengah. Saya, menurut beliau, bisa berternak tapi tidak ada hasil madunya. Akhirnya saya ber-pacu untuk mencoba berternak sendiri. Nah mulai 1980, 20 kotak dari Australia itu, lebah apis mellifera, ternyata cepat menghasilkan. Dalam jangka waktu 20 hari di kapuk randu sudah bisa panen. Setiap 10 hari panen. Saya mulai menghasilkan madu. Jadi ejekan Kepala Perhutani itu menjadi pemacu. Akhirnya saya dapat membuktikan ternak lebah menghasilkan madu.

Mulai berbisnis sejak saat itu?
Belum. Saya kembangkan terus tapi hanya sambilan. Saya kan masih PNS. Tapi, pernah ternak lebah saya mencapai seribu kotak. Hanya waktu itu ada masalah. Sewaktu saya di luar negeri, kurang terkontrol oleh anak-anak yang di lapangan. Banyak yang mati, kurang makan.

Bagaimana kondisinya sekarang?
Sekarang saya cenderung lebih banyak membina, karena lebih banyak karyawan kan jadi lebih repot. Apalagi sekarang kalau punya pegawai harus punya jaminannya. Sekarang lebih ke arah kerja sama, bermitra. Mereka dibina, kita yang memasarkan sehingga saya membuka banyak kesempatan kepada para peternak lebah melalui pembinaan.

Apakah hasil binaan itu memang memberi manfaat bagi peternak?
Sekarang ini sudah cukup bagus perkembangannya, sudah dikenal. Apalagi sekarang sudah sering masuk ke berbagai media.

Apa kiat Anda dalam berbisnis?
Menurut saya, dalam bisnis ada tiga prinsip. Pertama kita harus memiliki edit value, memperbaiki nilai, baik produk maupun entitas bisnis secara keseluruhan. Jika berbisnis madu, madunya bukan saja hanya dijamin asli melainkan juga mengembangkan produk. Jadi bukan hanya madu, ada pollen, royal jelly dan propolis yang tidak dimiliki orang lain. Kalau kita hanya madu-madu saja, di mana-mana saja banyak. Kalau mencari pollen susah. Karena itu kita memproduksi berbeda, different from others.

Yang kedua, kita harus innovatif, different from others. Sehingga konsumen mengetahui produk yang ia perlukan hanya ada di sini. Kalau sudah ada dua hal tersebut, selanjutnya harus diinformasikan. Publikasi. Kalau kita punya produk bagus atau Anda pintar, tapi orang tidak tahu, Anda akan begitu-begitu saja.

Jadi di Indonesia ini banyak yang pintar ya?
Ya, tapi banyak yang tidak menyadari. Dia sebetulnya pintar, punya produk yang enak, tapi tidak pernah diinformasikan, disampaikan kepada orang lain dalam jumlah yang besar. Kalau kita seorang profesor, tak ada yang tahu kita profesor ahli apa, bagaimana jadinya?

Tapi, yang penting juga sasarannya tepat. Seorang pengusaha harus mengetahui bagaimana mengalikan, menjual satu jadi seribu. Oleh sebab itu caranya harus dipublikasikan, menginformasikan kelebihan kita atau nilai tambah kita. Dengan begitu, bukan kita yang mencari uang, melainkan uang yang mencari kita. Nah, kita kembali kepada laptop.

Baik, apa lagi yang dapat Anda ceritakan tentang lebah?
Bagi peternak, lebah itu bukan mencari madu, karena lebah diciptakan Tuhan untuk menyerbuk, mencari nektar. Di negara maju, peternak lebah itu tujuan pokoknya, misalnya di Amerika, untuk meningkatkan produksi pertanian. Misalkan tanaman jeruk, apel, tanaman cucumber (ketimun), kedelai, jagung. Semua itu karena penyerbukan meningkat 30 sampai 40 persen. Nama sistem penyerbukannya adalah polinasi.

Jadi di sana itu lebah merupakan alat untuk meningkatkan produksi pertanian. Lebah bisa dikatakan sebagai alat. Pupuk kan alat juga, benih ditanam, butuh pengairan. Nah lebah ini yang belum kita pakai, di Indonesia belum banyak dipakai. Jadi kita nanti, pemerintah, masyarakat dapat memakai lebah ini sebagai peningkatan produksi pertanian.

Apakah tidak bisa dicoba seperti itu di Indonesia?
Di sini sudah dicoba, produksinya juga naik sekitar 30 persen. Tapi, di luar negeri yang banyak untuk apel, jeruk itu, peternak malah dibayar. Di sini, apel di Malang kan banyak, kita taruh di situ; lebah kita mati. Kenapa? Sebab orang semprot (insektisida) terus- menerus.

Ada lagi hambatan pengembangan lebah di Indonesia?
Selain soal semprot terus menerus, yang terjadi di Indonesia justru terbalik dengan yang di negara maju. Di sana, peternak dibayar karena membantu penyerbukan dan peningkatan produksi di sini lain sekali. Kalau beternak lebah di suatu kampung, kita disuruh bayar. Bayar tempatnya, bayar kepada masyarakat, bayar kepada kepala desa, segala macam. karena dianggapnya kita ada hasil. Ada yang dari RT, RW, kepala desa, hansip, untuk yang punya rumah.

Bervariasi, ada yang Rp 2.000 sampai Rp 5.000 per kotak untuk sekali panen. Yang lebih repot lagi, lebah ini dianggap merusak bunga-bunga. Kalau dihinggapi rontok, sehingga kadang-kadang malah diusir. Saya pernah datang malam-malam, dengan orang yang tidak mengerti paginya saya sudah diusir. Akhirnya kita mau tidak mau harus pergi. Padahal kita sudah habis berapa juta untuk bawa dari sini ke daerah. Sampainya malam, paginya disebut merusak dan diusir harus pergi.

Apa ada harapan kepada pemerintah?
Sekarang yang disebut pemerintah itu siapa, departemen mana? Katakanlah yang memegang Departemen Kehutanan. Tapi mereka tidak ada kepentingan itu. Datangnya ke kampung tidak ada hutan. Ini pertanian, pertanian tidak mengurusi pusat. Kalau sudah di lapangan, susah. Tapi ini perjuangan, mungkin melalui media begini bisa. Bisa diinformasikan, bahwa ini jutru membantu penyerbukan. Masa sih Tuhan menciptakan binatang perusak. Lebah ini diciptakan Tuhan untuk membantu penyerbukan. Datang ke bunga-bunga untuk mengambil tapi untuk menyerbukan. Hinggap itu, dia merontokan pollennya. Tapi pollen itu dalam tanaman itu triliunan. Satu titik saja jatuh ke bawah, itu jadi buah. Tapi dianggapnya itu merusak, jadi waktu hinggap di bunga dianggapnya merontokkan bunga.

Sebetulnya bagaimana?
Sewaktu hinggap di bunga, lebah mengambil pollen. Tapi tidak merontokkan bunga, yang rontok pollennya. Oleh lebah dikumpulkan, itulah yang jadi bee pollen yang mengandung semua zat yang diperlukan di bumi ini. Itu ada di pollen. Sebab kalau tidak ada pollen, tidak ada tumbuhan baru. Artinya, kandungan makanan yang ada di pollen berasal dari dari daun sampai ke akar pohon. Logikanya pasti ke situ. Semua pollen yang ada di bunga diambil, yang ada di kakinya itu. Nah ini yang tidak diketahui. Maka, di An-Nahl (Surat dalam kitab Al Quran) itu dibedah. Nah, pollen ini makanannya lebah-lebah yang masih muda. Lebah umur 5-15 hari belum bisa terbang, makanannya pollen.

Sedangkan ratu, hanya makan royal jelly sejak lahir sampai dia jadi ratu. Dengan makan royal jelly, umurnya lima tahun. Dan lebah biasa umurnya hanya 40 hari, setelah itu mati. Ratu setiap hari bertelur 2.000 karena makan pollen dan royal jelly. Karena kalau tidak generasinya akan habis. Ratu setelah lima tahun bisa bertelur. Telurnya ada tapi tidak dibuahi, setelah lima tahun spermanya habis. Telur menetasnya selama 21 hari. Jadi royal jelly itu makanan yang berprotein tinggi. Salah satu fungsinya adalah terus memperbaharui sel-sel. Pollen itu bahannya, setelah diolah jadilah royal jelly. Inilah zat yang menumbuhkan selsel kulit yang sudah mati.

Jadi, berfaedah untuk obat awet muda juga?
Ya, penjelasannya begini. Lebah biasa 40 hari sudah mati, tapi ratu selselnya hidup terus selama lima tahun. Sel tubuh kita jumlahnya 70 triliun, setiap detik mati, tapi ada yang tumbuh. Kalau kita makanannya kurang bagus lama-lama keriput. Tapi saya usia 69 belum keriput nih. Karena saya setiap hari selalu makan nutrisi alami dari lebah, royal jelly, madu dan pollen.

Bagaimana perawatannya jika beternak di sini?
Lebah ini yang penting dia perlu makan. Pollen ini harus selalu ada, sebab pollen ini pengahasil royal jelly. Tanpa pollen, ratu tidak bisa bertelur. Jadi yang harus ada itu pollen, sepanjang itu. Yang saya ambil sekarang itu tanaman jagung. Karena tanaman jagung itu pollennya bagus, atau bunga akasia. Sehingga dia bisa bertelur terus, kita bisa menghasilkan bukan madu, tetapi pollen dan royal jelly.

Nah, proses pemberian makannya bagaimana?
Dia cari sendiri, ke tanaman-tanaman yang ada bunganya. Pollen dari bunga dikumpulkan di kakinya. Waktu masuk kesarang kita kasih tutup, dan pollennya jatuh. Jadi tanaman itu, ada tepung sari dan nektar. Pollen ini menggumpal ditambah ludah lebah. Jadi yang saya katakan tadi, manfaatnya untuk penyerbukan, sangat bagus untuk kesehatan manusia, menghasilkan uang untuk produk sambilan tadi. Artinya dia tidak perlu seperti pegawai kantor dari pagi harus masuk. Madu ini mengandung enzim, enzim sangat baik untuk metabolisme. Tapi enzim ini tidak dapat dilihat kasat mata, harus diuji. Yang kedua, metabolisme tubuh, vitamin dan mineral ada. Tapi yang penting ada antibodi, sebab propolis dari lebah bersifat ini antioksidan (penawar racun).

Soal pemasaran, pengalaman Anda bagaimana?
Sekarang saya masih dengan mobil toko, baru satu unit. Mobil tokonya baru di Jakarta Selatan. Yang banyak di distributor dengan diskon 20 persen. Risikonya juga kecil karena tidak busuk, tidak ada kadaluarsa. Sekarang distributor saya sudah 100 untuk wilayah Jakarta. Tapi saya harus membatasi diri karena dari petani panennya terbatas. Karena itu, penting disosialisasikan agar peternakan lebah dapat meluas untuk peningkatan produksi pertanian sekaligus menghasilkan. Meningkatkan hasil tanpa ongkos, sebab kalau menggunakan pupuk kan ongkos, beli bibit unggul ongkos. Ini gratis! Yang seperti saya sedikit sekali, peternak yang mau melakukan ini belum banyak. Mereka hanya produksi madu saja, yang produksi pollen, royal jelly belum banyak karena menjualnya susah. Kalau ayam saya beri pollen, bertelurnya banyak.

Target Anda?
Target saya, bagaimana caranya membuka sentra madu murni. Juga membuka workshop agar masyarakat mengetahui mengenai madu. Sekarang saya sudah mempunyai 300 kotak, dengan 50 pe-tani lebah binaan yang masing-masing punya 50 sampai 100 kotak. Rata-rata satu kotak berisi 40 ribu lebah. Biaya makan lebah? Makanannya gula kalau musim hujan begini karena di luar tidak ada bunga. Dia kan sering terbang, jadi gula pasir dicairkan akan menjadi makanan. Di dekat kotak, disitu ada tempatnya. Tapi bukan untuk dipanen, melainkan supaya lebah itu bisa terbang. Jadi seperti mobil perlu bensin, lebah perlu makanan untuk terbang.

Apa yang mengesankan Anda tentang peternakan lebah?
Karyawan saya jumlahnya 10 juta. Per kotak jumlahnya 30 ribu lebih, saya punya 300 kotak. Para karyawan saya pukul 6 pagi sudah terbang, pukul 5 sore pulang. Tanpa gaji, tanpa tuntutan, tidak perlu tunjangan-tunjangan. Sekarang ada di Purwodadi, Jawa Tengah. Di negara barat, selama musim dingin lebah disimpan, dikasih makan selama enam bulan.

(Sumber: Elite Magazine edisi Maret 2007)
Last Updated ( Sunday, 09 May 2010 14:31 )

  Kembali ke halaman berita utama

Arsip