Madu Sarang Import atau Palsu

Meskipun belakangan ini banyak orang yang mencari madu sarang, sayangnya tak banyak peternak lebah (lokal) yang mampu memenuhi kebutuhan pasar tersebut dari hasil panen madunya sendiri. Saat ini, supply sarang lebah berisi madu itu diduga masih didominasi oleh barang impor atau madu lokal tapi palsu!

Konsumen awam tidak banyak yang mengetahui bahwa ternyata madu bisa dihasilkan oleh berbagai jenis lebah. Hey… lebah ada banyak jenisnya loh… Cek di sini ya https://madubinaapiari.co.id/jenis-jenis-lebah-madu-populer-indonesia/

Salah satu jenis lebah yang dibudidayakan sejak tahun 1970an di Indonesia adalah Apis mellifera. Lebah unggul asal Eropa tersebut relatif jinak, bisa menghasilkan madu lebih banyak daripada lebah lokal (A.cerana) dan produk selain madu (bee pollen dan royal jelly).

Salah satu faktor terbesar bagi keberhasilan peternakan lebah adalah sumber tanaman pakan lebah. Di Indonesia, jenis tanaman dan habitat yang cocok bagi A. mellifera hanya ada di pulau Jawa. Banyaknya lahan perkebunan yang diubah menjadi kawasan perumahan atau industri, penggantian jenis tanaman, ketidakpahaman lembaga-lembaga terkait dan masyarakat terhadap kelestarian alam, merupakan faktor lain yang menyebabkan penurunan jumlah madu yang bisa dihasilkan oleh peternak lebah Indonesia pada umumnya, dan Jawa khususnya.

Bandingkan dengan di negara-negara lain, di mana tanaman pakan lebah A. mellifera bisa berlimpah pada musim semi dan panas, seperti terlihat pada foto-foto di bawah ini.

Untuk menghasilkan madu, peternak harus menunggu musim kemarau tiba (mulai Mei sampai awal Desember). Ketika tanaman mulai mengeluarkan nektar, lebah harus mengumpulkan dan memproses nektar tersebut menjadi madu selama kurang lebih 10 hari. Setelah itu, peternak lebah A. mellifera bisa memanen madu menggunakan ekstraktor. Dengan teknik ini, peternak bisa memanen madu lagi 10 hari kemudian. Tetapi, jika peternak harus mengambil sarang lebah, maka butuh tambahan waktu 7 hari lagi untuk memberi kesempatan bagi sang lebah membentuk sarangnya.

Jika tanaman pakan lebah tersedia luas-berlimpah seperti di negara-negara lain dan curah hujan tidak terlalu tinggi, maka peternak lebah kita pun bisa mendapatkan madu sarang, namun tetap tak sebanyak yang dihasilkan di negara-negara subtropis, terutama China.

Lalu bagaimana nasib permaduan di nusantara tercinta ini?

Saat ini kami, para peternak lebah, mulai peduli dengan pentingnya kelestarian alam demi kelanjutan industri lebah madu. Langkah nyata yang telah dilakukan adalah penanaman kembali lahan hutan dengan tanaman pakan lebah. Ketika tanaman sumber pakan lebah melimpah, maka kita baru bisa memanen madu dalam jumlah besar, termasuk madu sarang.

Memang efek dari kegiatan menanam pohon tak bisa dirasakan 1-2 tahun ini, melainkan baru 5-10 tahun mendatang, bahkan lebih. Tetapi jika kita tidak mulai menanam saat ini, maka sampai seterusnya kita akan tergantung pada madu impor, atau yang lebih parah.. madu palsu.

 

  Kembali ke halaman berita utama

Arsip