Beberapa artikel kesehatan di media massa menyebutkan bahwa madu berbahaya jika dikonsumsi balita. Kabarnya hal ini disebabkan oleh adanya racun dari spora bakteri Clostridium botulinum yang terdapat pada madu.
Benarkah demikian?

Clostridium botulinum, merupakan bakteri yang bisa menghasilkan spora dan biasa ditemukan di dalam tanah. Spora bakteri ini serupa dengan biji yang akan tumbuh dan berkembang biak ketika menemukan lingkungan yang tepat. Spora tersebut bisa terbawa oleh debu, udara ataupun air dan menempel di makanan.

Kasus keracunan oleh bakteri ini disebut botulisme (botulism). Ada empat tipe botulisme yang dikenal: botulisme karena makanan, botulisme pada bayi, botulisme pada luka, dan botulisme yang belum diklasifikasikan.

Infant botulism terjadi ketika bayi/batuta-anak berusia di bawah 12 bulan mengonsumsi makanan yang terkontaminasi oleh spora Clostridium botulinum. Usus bayi yang belum sempurna menjadi media yang baik untuk perkembangan spora tersebut, sampai menghasilkan racun yang bisa membahayakan fungsi syaraf bayi.

Yang perlu diperhatikan, kontaminasi spora C. botulinum tidak hanya ditemui pada madu, melainkan juga pada makanan kaleng atau makanan lain yang kurang bersih. Kasus infant botulisme yang disebabkan oleh madu hanyalah 15% dari keseluruhan kasus yang diteliti di California sekitar 30 tahun lalu. Selebihnya tidak diketahui penyebabnya.

Sebenarnya madu sendiri steril ketika masih ada di dalam sarang lebah. Proses pemanenan, ekstraksi sampai pengemasan bisa jadi merupakan saat kemungkinan terjadinya kontaminasi spora C. botulinum. Namun untuk membuat keseluruhan proses tersebut menjadi steril akan membuat harga madu menjadi sangat mahal. Padahal konsumen madu sangat luas, dan bukan hanya bayi/batuta.

Dari kasus infant botulism yang dilaporkan, sekitar setengahnya dialami oleh bayi berusia di bawah dua bulan. WHO menyarankan agar bayi hanya mengonsumsi ASI sampai dengan usia enam bulan. Di atas enam bulan, bayi mulai diberi makanan tambahan karena flora usus bayi telah lebih berkembang dan mampu menghadapi kontaminasi spora Clostridium botulinum. Peringatan agar menghindari madu sampai anak usia 1 tahun dari CDC (Center for Disease Control) di Amerika adalah untuk faktor keselamatan.

Jadi kesimpulannya : penyebab keracunan botulisme pada bayi bukanlah madu, melainkan spora bakteri Clostridium botulinum yang menempel pada makanan. Pencemaran spora bakteri tersebut bisa terjadi pada makanan selain madu, terutama saat proses pengemasan makanan. Untuk lebih amannya, sebaiknya pemberian madu pada anak menunggu sampai usia anak minimal 1 tahun, saat pencernaannya sudah sempurna.

  Kembali ke halaman berita utama

Arsip