Siapa sih yang tidak kenal madu? Cairan manis keemasan ini dihasilkan oleh lebah melalui proses panjang, mulai dari mengisap nektar bunga/daun, kemudian mengalami proses pengubahan komposisi kimia alami di dalam perut lebah, sampai proses pematangan beberapa hari di dalam sarang lebah. Jika kita mengetahui proses tersebut, niscaya rasa kagum dan syukur kita terhadap Yang Maha Kuasa akan meningkat.

Saat ini dikenal beberapa jenis lebah penghasil madu. Yang terutama adalah lebah hutan jenis Apis dorsata (penghasil madu hutan), lebah lokal jenis Apis cerana (penghasil madu lokal di desa-desa) dan lebah ternak jenis Apis melifera (penghasil madu yang paling banyak). Pertanyaannya : madu apa yang paling berkualitas-apakah yang dihasilkan oleh lebah hutan, lebah lokal atau lebah ternak?

Pertama-tama, kita perlu memahami lebih dulu, mengapa akhirnya ada yang disebut lebah ternak. Dahulu kala, orang mendapatkan madu dengan cara mencari di hutan. Memanjat pohon-pohon besar dan tinggi, yang beresiko jatuh serta diserang lebah-lebah hutan yang besar dan ganas. Kemudian penduduk desa menemukan sarang lebah yang bertubuh lebih kecil serta bersarang di dekat pemukiman penduduk. Mulailah kegiatan memanen madu dilakukan di pedesaan. Namun masih timbul kendala. Kedua jenis lebah tersebut tergolong liar, cukup sulit dibudidayakan, dan hasil produksinya sulit ditebak.

Seiring dengan perkembangan zaman, orang mulai berfikir untuk membudidayakan lebah. Cara budi daya lebah modern dimulai dari Eropa, dengan jenis lebah Apis mellifera yang bertubuh mirip namun lebih besar daripada Apis cerana, dan sifatnya yang lebih jinak. Budidaya lebah menggunakan kotak-kotak sarang lebah, memudahkan peternak lebah untuk menghasilkan madu lebih banyak. Selain itu produk selain madu juga dapat dipanen, seperti royal jelly, bee pollen dan propolis. Budidaya lebah mulai diperkenalkan di Indonesia sekitar tahun 1975. Kala itu owner Peternakan Lebah Bina Apiari Indonesia, Bp. Ir. H. Bambang Soekartiko, juga ikut mensosialisasikan budidaya lebah untuk mengurangi kerusakan hutan dan meningkatkan taraf kehidupan perekonomian rakyat pedesaan.

Pada dasarnya madu lokal, hutan maupun ternak, memiliki komposisi gizi yang setara. Sebanyak 80% manfaat utama madu adalah sebagai sumber energi instan yang cepat diserap tubuh. Karena komposisi utama madu adalah glukosa dan fruktosa, yaitu gula sederhana yang dapat langsung digunakan tubuh. Sisanya 20% adalah vitamin, mineral, air, protein dan lemak. Masing-masing dalam jumlah yang sangat sedikit, sehingga kurang signifikan dalam membedakan khasiat madu satu dengan lainnya.

Adapun pendapat yang menyatakan bahwa madu hutan lebih berkhasiat daripada madu ternak, maupun sebaliknya, sesungguhnya perlu dipertanyakan lagi dasar pertimbangannya apa. Karena sepanjang madu yang dikonsumsi adalah murni madu, dihasilkan oleh lebah tanpa dicampur bahan-bahan lainnya (terutama campuran bahan kimiawi, air atau gula), manfaatnya akan sama. Kalaupun ada pendapat khasiat madu yang berbeda dari sumber nektar yang berbeda, itu adalah kasus secara empiris atau berdasarkan pengalaman/testimoni banyak orang, karena tidak dapat dikatakan salah juga.

Jadi, untuk mengetahui manakah yang lebih berkualitas, Anda perlu mengetahui produsen madu yang Anda konsumsi. Apakah mereka menghasilkan madu tersebut dari lebah, atau dari bahan lain? Apakah Anda dapat menghubungi atau berkomunikasi dengan produsen madu Anda? Jika tidak, Anda perlu berhati-hati, supaya tidak kecewa kerena tidak mendapatkan manfaat yang sesungguhnya dari madu yang Anda minum.

  Kembali ke halaman berita utama

Arsip