Beberapa masa yang lalu anak ke 3 saya yang baru berusia Tiga tahun mengalami bisulan di keningnya. Abses atau Bisul itu cukup besar dan tidak bermata. Hampir 2 minggu bisul itu berada di sana. Anehnya, anak saya, tidak merasa kesakitan. Saya jadi agak panik, jangan-jangan benjolan itu bukan bisul atau abses.

Saya merasa terlambat menyadari bisul itu. Jadi baru mulai hari ke-10, saya coba oleskan propolis produksi Bina Apiari (peternakan lebah keluarga sendiri) ke benjolan itu setiap habis mandi. Karena belum ada perubahan, pada hari ke-12 saya bawa ke dokter bedah. Ternyata ketika sedang menunggu giliran dokter, dari benjolan itu tiba-tiba keluar cairan bening dilanjutkan nanah! Tapi berhubung sudah terlanjur mendaftar ke dokter dan supaya segera tuntas, akhirnya dokter melalukan bedah kecil untuk mengeluarkan mata bisul dan sebagian besar cairan dalam benjolan di dahi Shareen.

Saya akhirnya mencari tahu, apa sih sebenarnya bisul atau abses itu? Apa benar timbul akibat kebanyakan makan telur atau protein? Lalu bagaimana sebaiknya mengatasi bisul? Mengapa kebanyakan yang sering terkena bisul adalah anak-anak?

Apakah bisul atau Abses itu?

Menurut dr Ida Yuliati MHKes, bisul adalah radang pada daerah folikel rambut kulit dan sekitarnya. Penyebab tersering adalah bakteri—biasanya Staphylococcus aureus. Karena itu, bisul dapat juga diartikan sebagai infeksi lokal pada kulit dalam. “Awalnya hanya folikel rambut yang terinfeksi. Tetapi karena adanya gesekan, iritasi, dan kurang bersihnya perawatan tubuh, infeksi tersebut dapat menyebar ke jaringan sekitarnya dan menjadi bisul atau Abses,” ujar Ida. (http://doktersehat.com)

Mengapa sering timbul pada anak-anak?

Bisul bisa menyerang siapa saja dan dari golongan usia berapa saja, namun yang paling sering diserang adalah bayi dan anak-anak. Jadi salah kalau bisul itu disebabkan kebanyakan makan telur.

Anak-anak senang bermain dan seringkali lupa mencuci tangan. Selain itu karena aktivitas fisik yang banyak, anak sering berkeringat dan timbul biang keringat. Rasa gatal akibat keringat menyebabkan anak menggaruk kulit dengan tangannya yang masih kotor. Garukan tersebut bisa merusak kulit, sehingga masuklah kuman dan timbul infeksi.

Jika kebersihan si anak tidak diperhatikan, garukan anak bisa memindahkan infeksi kuman ke bagian tubuh yang lain. Kalau daya tahan tubuh si anak rendah, infeksi itu menimbulkan bisul di beberapa bagian tubuh anak. Orang awam menyebutnya “bisul beranak”.

Bagaimana cara mengatasi bisul?

• Jangan memaksa nanah keluar dari bisul, karena akan menyebarkan infeksi ke jaringan kulit sekitarnya

• Kompres hangat (dengan handuk hangat) selama 15 menit satu/dua kali sehari. Fungsinya untuk meningkatkan sirkulasi darah ke tempat tersebut

• Bisa dicoba oleskan propolis cair secara merata pada bisul setiap habis mandi dan setelah kulit dibersihkan. Daya antibakteri propolis bisa mengurangi infeksi bakteri penyebab bisul. Selain itu, minum propolis cair 3×3-5 tetes sehari sebagai antibiotik alami untuk pengobatan dari dalam.

• Setelah bisul pecah, jagalah bagian tersebut selalu bersih sampai kulit sembuh. Balutan ringan perlu diganti tiap hari.

• Cuci tangan Anda dengan bersih (menggunakan cairan pembersih) sebelum menyiapkan makanan, untuk mencegah penularan infeksi ke anggota keluarga yang lain

• Periksa ke dokter bila gejala tidak berkurang atau tambah demam. Sebagian besar bisul akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan. Untuk bisul yang padat, sakit, dan tidak bermata, sebaiknya jangan dipijat karena tidak akan ada nanah yang dapat dikeluarkan. Bisa jadi bisul tersebut memerlukan operasi bedah minor.

Bagaimana cara mencegah bisul?

• Jagalah kebersihan dengan mandi tiap hari.

• Bila kulit terasa gatal, jangan menggaruk karena akan merusak kulit.

• Bila kulit cedera (goresan, teriris atau luka serut), segera bersihkan kulit yang terluka, lalu oleskan cairan antibiotika seperti cetrimide atau acriflavine untuk mencegah infeksi bakteri. Atau bisa juga dioleskan dengan propolis cair yang secara alami mengandung anti bakteri dan anti peradangan.

Penulis : Dianita Kartika, Stp.
owner Bina Apiari

  Kembali ke halaman berita utama

Arsip